Kamis, 29 Desember 2011

laporan praktikum


ACARA IV
INTERPOLASI TITIK KONTUR
DAN MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG

I.    TUJUAN
1.      Praktikan memiliki pengetahuan tentang interpolasi titik kontur dan kemiringan lereng
2.      Praktikandapat mengetahui cara menginterpolasi titik kontur
3.      Praktikan mampu menghitung nilai kemiringan lereng melalui garis kontur

II.      ALAT DAN BAHAN
·         Peta RBI
·         Kertas gambar
·         Alat tulis menulis

III.   PROSEDUR KERJA
1.      Menyiapkan peta RBI atau peta tematik
2.      Dengan memanfaatkan garis kontur, menginterpolasikan titik kontur
3.      Menghutung interpolasi titik kontur dari langkah 2 di atas
4.      Dengan memanfaatkan garis kontur, memilih salah satu area kontur untuk di hitungnilai kemiringan lerengnya
5.      Menghitung nilai kemiringan lereng dengan memanfaatkan komponen peta








IV.   KAJIAN TEORI
4.1  Kotur
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

http://www.crayonpedia.org/wiki/images/e/e1/Gun600.jpg
Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading. Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi
Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading.
Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi Gambar 344. Penggambaran kontur Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Kontur mempunyai interval tertentu(misalnya 1m, 5m, 25m, dst).
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
8. Kontur dapat memepunyai nilai positif (+), nol (0), atau negatif (-).
9. Kontur yang rapat-rapat garisnya berarti daerah tersebut curam.
10. Kontur yang renggang garis-garisnya berarti daerah tersebut landai.
11. Kontur tidak pernah bercabang.
12. Pada jalan yang lurus dan menurun, ,maka kontur cembung kearah turun.
13. Pada sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung kearah turun.
14. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati ruangan didalam bangunan.
4.2  Interval kontur
Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan „interval kontur“ (contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut ada rumus umum yang digunakan yaitu :
Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).
Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 5.000, berarti interval
konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.

Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.

4.3  Kemiringan lereng
Lereng adalah Kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (clope).
Bentuk Lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Lereng merupakan parametertopografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia, dan biologi ,sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.
Salah satunya dengan menbuat Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth” yaitu pada peta topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkarrr dibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut, dapat ditentukan :
kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus
S (%)=[((n-1)×Ci)/(D ×Ps)]
Mencari Kontur Interval dengan menggunakan rumus
Ci=1/2000×Ps
Mencari Panjang Diagonal dengan menggunakan rumus
D² = √(a^2+b^2 )
Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu daerah.
Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu tempat. Dalam mengukur kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara :
Metode Blong (1972)
Metode Wentworth
Metode Lingkaran dan
Menggunakan kompas geologi

Kelas Kemiringan Lereng antara lain :
Kelas I = < 8%
Kelas II = 8 – 15%
Kelas III = >15 – 25%
Kelas IV = >  45%-25
Kelas V = >45%





















V.      HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1  Hasil
Interpolasi
1.
                          A
                                                 125     

                         C
                        B                    100

a.       Mencari Ci
Ci =  × skala
= × 50.000
= 25
b.      Pilih dua kontur yang berdekatan
A-B = 1,2 cm
A-C = 0,8 cm
B-C = 0,4 cm
c.       A = 125 cm
B = 100 cm
d.      Mencari I
I=  × Ci
 × 25
= 16,75
e.       Nilai C
B+I
= 100 +16,75
=116,75


2.

                          A
                                                 125     

                         C
                        B                    100

a.       Mencari Ci
Ci =  × skala
= × 50.000
= 25
b.      Pilih dua kontur yang berdekatan
A-B = 1 cm
A-C = 0,7 cm
B-C = 0,3 cm
c.       A = 125 cm
B = 100 cm
d.      Mencari I
I=  × Ci
 × 25
= 17,5
e.       Nilai C
A-I
= 125 ­– 17,5
=107,5




3.

                          A
                                                 225     

                         C
                        B                    200

a.       Mencari Ci
Ci =  × skala
= × 50.000
= 25
b.      Pilih dua kontur yang berdekatan
A-B = 0,8 cm
A-C = 0,5 cm
B-C = 0,3 cm
c.       A = 225 cm
B = 200 cm
d.      Mencari I
I=  × Ci
 × 25
= 15,625
e.       Nilai C
A-I
= 225 +15,625
=209,375




Kemiringan lereng
1.
                      A
                           

                                                B  


A ke B = 2 cm
A = 200 mdpl
B = 100 mdpl
Skala 1: 50.000
1.      A-B ( lapangan )
= 2 × 50.000
=100.000 cm
=1000
2.      Beda tinggi
A-B = 200 -100
       = 100 cm
       = 1 m
3.       × 100%
 × 100%
=0,1%

                     

2. 
                      A
                           

                                                B  

A ke B = 2,8 cm
A = 200 mdpl
B = 100 mdpl
Skala 1: 50.000
1.      A-B ( lapangan )
= 2,8 × 50.000
=140.000 cm
=140 m
2.      Beda tinggi
A-B = 200 -100
       = 100 cm
3.       × 100%
 × 100%
= 71,428 %

3.


 

                      A
                           

                                                B  

A ke B = 1,5 cm
A = 300 mdpl
B = 200 mdpl
Skala 1: 50.000
1.      A-B ( lapangan )
= 1,5 × 50.000
=75.000 cm
=750 m
2.      Beda tinggi
A-B = 200 -100
       = 100 cm
3.       × 100%
 × 100%
= 13,33 %
Pembahasan 
            Dalam melakukan praktikum interpolasi titik kontur dan menghitung kemiringan lereng pada peta RBI kwandang denagan skala 1 : 50.000. Langkah pertama yang harus di lakukan adalah menyiapkan peta RBI, kemudian menentukan titik kontur yang akan di jadikan pusat perhitungan kontur setelah mendapat kontur dan yang berikutnya menentukan nilai interfalnya. Nilai interfal yang telah di dapat dari pengukuran interfal ini yang akan menjadi hasil dari praktikum titik kontur. Titik kontur ini dapat di ketahui dengan nilai yang sudah terdapat dalam sebuah kontur di dalam peta. Tetapi tida semua nilai kontur tertulis dalam peta hanya garis-garis yang terdapat nilai konturnya, hal inilah yang menjadi acuan untuk menentukan interval dari setiap kontur yang ada dalam peta.
            Dari praktikum yang telah di lakukan telah di dapatkan nilai interfal kotur dari nilai interfal yang telah di dapatkan kami dapat mengetahui ketinggian yang sebenarnya suatu daerah. Nilai interfal kontur ini sanggat penting di camtumkan dalam pembuatan peta karena dengan di ketahuinya nilai interfal dalam sebuah peta, itu akan memudahkan seseorang untuk membaca dan memahami ketinggian dari setiap garis kontur yang ada di dalm peta.
            Tetapi pada sebuah peta, tida semua kontur tedapat nilai konturnya. hanya garis kontur yang tebal yang terdapat nilai konturnya. Dari nilai kontur yang tebal-tebal dalam sebuah peta kita dapat mencari nilai interf sebuah kontur daerah yang sudah di tetapkan pada saat praktikum di laksanakan.
            Untuk mengetahu atau menghitung kemiringan lereng  cara yang di lakukan masih sedikit sama dengan mencari interfal kontur. Hal pertama yang harus di lakukan dalam menghitunh kemiringan lereng adalah menentukan lereng mana yang akan menjadi titik penelitian kemiringan lereng pada peta RBI yang telah di sediakan dalam melakukan praktikum. Jika lereng yang akan di ukur kemiringannya telah di tentukan maka tentukan jarak A-B di peta, di peta 2 cm, 2,8 cm, 1,5cm  dan kemudian tentukan A-B di lapangan, jarak A-B di lapangan 1000m, 140m, 750m. Setelah mendapat jarak yang sebenarnya di lapangan langkah kedua adalahmenentukan beda tinggi, beda tinggi yang di dapat adalah 100 cm di peta dan 1m di lapangan. langkah yang berikutnya setelah mendapatkan beda tinggi di peta dan di lapangan adalah membagi beda tinggi di lapangan dengan jarak A-B lap dan di kali dengan 100% hasil yang di dapatkan adalah 0,1 %, 71,428 %, 13,33 %




























VI.   KESIMPULAN DAN SARAN
6.1     Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa menginterpolasi titik kontur pada peta dapat mengetahui ketinggian suatu daerah sebenarnya di lapangan. Garis kontur sangatlah penting dalam pembuatan peta karena garis kontur dapat memberi informasi ketinggian suatu daerah dan setaip peta memiliki informasi tentang garis kontur.
Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu daerah.
Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu tempat.
6.2 Saran
Dari beberapa praktikum yang telah di lakukan di harapkan asisten yang memberi praktikum bisa lebih membimbing praktikan pada saat melakukan praktikum ataupun pada saat pembuatan atau penyusunan laporan agar tida terjadi hal-hal yang tida di inginkan seperti kesalahan data pada saat praktikum ataupun kesalahan pada saat penhyusunan laporan.










DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum karografi, Universitas Negeri Gorontalo 2011
http://id.shvoong.com/society-and-news/environment/2173206-kemiringan-lereng/





ACARA IV
INTERPOLASI TITIK KONTUR
DAN MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG

I.    TUJUAN
1.      Praktikan memiliki pengetahuan tentang interpolasi titik kontur dan kemiringan lereng
2.      Praktikandapat mengetahui cara menginterpolasi titik kontur
3.      Praktikan mampu menghitung nilai kemiringan lereng melalui garis kontur

II.      ALAT DAN BAHAN
·         Peta RBI
·         Kertas gambar
·         Alat tulis menulis

III.   PROSEDUR KERJA
1.      Menyiapkan peta RBI atau peta tematik
2.      Dengan memanfaatkan garis kontur, menginterpolasikan titik kontur
3.      Menghutung interpolasi titik kontur dari langkah 2 di atas
4.      Dengan memanfaatkan garis kontur, memilih salah satu area kontur untuk di hitungnilai kemiringan lerengnya
5.      Menghitung nilai kemiringan lereng dengan memanfaatkan komponen peta








IV.   KAJIAN TEORI
4.1  Kotur
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

http://www.crayonpedia.org/wiki/images/e/e1/Gun600.jpg
Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading. Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi
Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading.
Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi Gambar 344. Penggambaran kontur Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Kontur mempunyai interval tertentu(misalnya 1m, 5m, 25m, dst).
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
8. Kontur dapat memepunyai nilai positif (+), nol (0), atau negatif (-).
9. Kontur yang rapat-rapat garisnya berarti daerah tersebut curam.
10. Kontur yang renggang garis-garisnya berarti daerah tersebut landai.
11. Kontur tidak pernah bercabang.
12. Pada jalan yang lurus dan menurun, ,maka kontur cembung kearah turun.
13. Pada sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung kearah turun.
14. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati ruangan didalam bangunan.
4.2  Interval kontur
Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan „interval kontur“ (contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut ada rumus umum yang digunakan yaitu :
Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).
Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 5.000, berarti interval
konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.

Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.

4.3  Kemiringan lereng
Lereng adalah Kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (clope).
Bentuk Lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Lereng merupakan parametertopografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia, dan biologi ,sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.
Salah satunya dengan menbuat Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus “Went-Worth” yaitu pada peta topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkarrr dibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah konturnya dan perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut, dapat ditentukan :
kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus
S (%)=[((n-1)×Ci)/(D ×Ps)]
Mencari Kontur Interval dengan menggunakan rumus
Ci=1/2000×Ps
Mencari Panjang Diagonal dengan menggunakan rumus
D² = √(a^2+b^2 )
Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu daerah.
Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu tempat. Dalam mengukur kemiringan lereng dapat dilakukan dengan cara :
Metode Blong (1972)
Metode Wentworth
Metode Lingkaran dan
Menggunakan kompas geologi

Kelas Kemiringan Lereng antara lain :
Kelas I = < 8%
Kelas II = 8 – 15%
Kelas III = >15 – 25%
Kelas IV = >  45%-25
Kelas V = >45%





















V.      HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1  Hasil
Interpolasi
1.
                          A
                                                 125     

                         C
                        B                    100

a.       Mencari Ci
Ci =  × skala
= × 50.000
= 25
b.      Pilih dua kontur yang berdekatan
A-B = 1,2 cm
A-C = 0,8 cm
B-C = 0,4 cm
c.       A = 125 cm
B = 100 cm
d.      Mencari I
I=  × Ci
 × 25
= 16,75
e.       Nilai C
B+I
= 100 +16,75
=116,75


2.

                          A
                                                 125     

                         C
                        B                    100

a.       Mencari Ci
Ci =  × skala
= × 50.000
= 25
b.      Pilih dua kontur yang berdekatan
A-B = 1 cm
A-C = 0,7 cm
B-C = 0,3 cm
c.       A = 125 cm
B = 100 cm
d.      Mencari I
I=  × Ci
 × 25
= 17,5
e.       Nilai C
A-I
= 125 ­– 17,5
=107,5




3.

                          A
                                                 225     

                         C
                        B                    200

a.       Mencari Ci
Ci =  × skala
= × 50.000
= 25
b.      Pilih dua kontur yang berdekatan
A-B = 0,8 cm
A-C = 0,5 cm
B-C = 0,3 cm
c.       A = 225 cm
B = 200 cm
d.      Mencari I
I=  × Ci
 × 25
= 15,625
e.       Nilai C
A-I
= 225 +15,625
=209,375




Kemiringan lereng
1.
                      A
                           

                                                B  


A ke B = 2 cm
A = 200 mdpl
B = 100 mdpl
Skala 1: 50.000
1.      A-B ( lapangan )
= 2 × 50.000
=100.000 cm
=1000
2.      Beda tinggi
A-B = 200 -100
       = 100 cm
       = 1 m
3.       × 100%
 × 100%
=0,1%

                     

2. 
                      A
                           

                                                B  

A ke B = 2,8 cm
A = 200 mdpl
B = 100 mdpl
Skala 1: 50.000
1.      A-B ( lapangan )
= 2,8 × 50.000
=140.000 cm
=140 m
2.      Beda tinggi
A-B = 200 -100
       = 100 cm
3.       × 100%
 × 100%
= 71,428 %

3.


 

                      A
                           

                                                B  

A ke B = 1,5 cm
A = 300 mdpl
B = 200 mdpl
Skala 1: 50.000
1.      A-B ( lapangan )
= 1,5 × 50.000
=75.000 cm
=750 m
2.      Beda tinggi
A-B = 200 -100
       = 100 cm
3.       × 100%
 × 100%
= 13,33 %
Pembahasan 
            Dalam melakukan praktikum interpolasi titik kontur dan menghitung kemiringan lereng pada peta RBI kwandang denagan skala 1 : 50.000. Langkah pertama yang harus di lakukan adalah menyiapkan peta RBI, kemudian menentukan titik kontur yang akan di jadikan pusat perhitungan kontur setelah mendapat kontur dan yang berikutnya menentukan nilai interfalnya. Nilai interfal yang telah di dapat dari pengukuran interfal ini yang akan menjadi hasil dari praktikum titik kontur. Titik kontur ini dapat di ketahui dengan nilai yang sudah terdapat dalam sebuah kontur di dalam peta. Tetapi tida semua nilai kontur tertulis dalam peta hanya garis-garis yang terdapat nilai konturnya, hal inilah yang menjadi acuan untuk menentukan interval dari setiap kontur yang ada dalam peta.
            Dari praktikum yang telah di lakukan telah di dapatkan nilai interfal kotur dari nilai interfal yang telah di dapatkan kami dapat mengetahui ketinggian yang sebenarnya suatu daerah. Nilai interfal kontur ini sanggat penting di camtumkan dalam pembuatan peta karena dengan di ketahuinya nilai interfal dalam sebuah peta, itu akan memudahkan seseorang untuk membaca dan memahami ketinggian dari setiap garis kontur yang ada di dalm peta.
            Tetapi pada sebuah peta, tida semua kontur tedapat nilai konturnya. hanya garis kontur yang tebal yang terdapat nilai konturnya. Dari nilai kontur yang tebal-tebal dalam sebuah peta kita dapat mencari nilai interf sebuah kontur daerah yang sudah di tetapkan pada saat praktikum di laksanakan.
            Untuk mengetahu atau menghitung kemiringan lereng  cara yang di lakukan masih sedikit sama dengan mencari interfal kontur. Hal pertama yang harus di lakukan dalam menghitunh kemiringan lereng adalah menentukan lereng mana yang akan menjadi titik penelitian kemiringan lereng pada peta RBI yang telah di sediakan dalam melakukan praktikum. Jika lereng yang akan di ukur kemiringannya telah di tentukan maka tentukan jarak A-B di peta, di peta 2 cm, 2,8 cm, 1,5cm  dan kemudian tentukan A-B di lapangan, jarak A-B di lapangan 1000m, 140m, 750m. Setelah mendapat jarak yang sebenarnya di lapangan langkah kedua adalahmenentukan beda tinggi, beda tinggi yang di dapat adalah 100 cm di peta dan 1m di lapangan. langkah yang berikutnya setelah mendapatkan beda tinggi di peta dan di lapangan adalah membagi beda tinggi di lapangan dengan jarak A-B lap dan di kali dengan 100% hasil yang di dapatkan adalah 0,1 %, 71,428 %, 13,33 %




























VI.   KESIMPULAN DAN SARAN
6.1     Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa menginterpolasi titik kontur pada peta dapat mengetahui ketinggian suatu daerah sebenarnya di lapangan. Garis kontur sangatlah penting dalam pembuatan peta karena garis kontur dapat memberi informasi ketinggian suatu daerah dan setaip peta memiliki informasi tentang garis kontur.
Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpotong dalam grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di masukkan kedalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada suatu daerah.
Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda tinggi. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar dengan beda tinggi suatu tempat.
6.2 Saran
Dari beberapa praktikum yang telah di lakukan di harapkan asisten yang memberi praktikum bisa lebih membimbing praktikan pada saat melakukan praktikum ataupun pada saat pembuatan atau penyusunan laporan agar tida terjadi hal-hal yang tida di inginkan seperti kesalahan data pada saat praktikum ataupun kesalahan pada saat penhyusunan laporan.










DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum karografi, Universitas Negeri Gorontalo 2011
http://id.shvoong.com/society-and-news/environment/2173206-kemiringan-lereng/